Thursday, July 16, 2015


Pulang

Kata pulang dalam kehidupan saya merupakan salah 1 kata yang sungguh bermakna dan memiliki arti lebih dalam.
Dia sama istimewanya bagi saya dengan kata Perjalanan, karena dari setiap perjalanan pasti akan ada pulang.

Dulu batasan pulang bagi saya adalah ketika orang tua saya menunggu saya di rumah saat saya sekolah atau bermain di luar rumah. Rentang waktunya tiap hari, ya menjadi agak lama ketika sesekali menginap di rumah teman atau ada kegiatan sekolah yang mengharuskan untuk menginap. Namun jarang sekali lebih dari 2 malam. Jadi saat itu saya rutin pulang.

Beberapa tahun setelah beranjak dewasa dan merantau, kata pulang masih memiliki makna yang sama. Dimana saya dinanti untuk pulang oleh orang tua saya, namun dengan rentang waktu yang lebih lama. Bisa berbulan - bulan lamanya. Pulang ketika itu menjadi hal yang sangat dinanti dan tak jarang harus diperjuangkan.

Kini, setelah saya memulai "kehidupan" saya sendiri, dengan menjadi suami dan seorang ayah, makna kata pulang kembali bertransformasi.

Pulang adalah dimana saya dinantikan oleh istri dan anak saya setelah bekerja, untuk pulang ke rumah saya sendiri. Pernah rutin harian, dan sekarang menjadi mingguan. Ya, kami harus berkompromi dengan hidup, dimana saat ini kami harus berkompromi dengan kondisi yang mengharuskan saya bekerja di kota yang berbeda dengan tempat tinggal saya.

Saat ini saya pun yakin orang tua saya masih terkadang masih menantikan pulangnya saya dalam arti pulang sebagai anak. Namun satu sisi yang lain saya sangat yakin orang tua saya pun bisa berkompromi dan mengerti bahwa anak yang dulu selalu dinantikan sekarang ada pula yang menantikannya sebagai suami dan orang tua.

Bertahun2 setelah saya mulai merantau, mudik selalu menjadi situasi yang sibuk, dan tidak jarang menguras pikiran, tenaga, emosi dan tentu saja isi kantong.
Kadang harus dipersiapkan jauh2 hari, memantau tiket promo dan membanding2kan moda transportasi apa yang paling cocok di kantong.

Tahun ini, "mudik" terasa berbeda.
Saya tetap mudik, karena saya kerja di Jakarta dan rumah saya di Bandung. Ya tetap saja mudik, walau jaraknya dekat, namun pulang ke rumah untuk lebaran ya tetap saja mudik namanya bagi saya.

Saya beryukur memiliki kesempatan tinggal di beberapa kota dan merasakan mudik dan keseruan - keseruannya.

Dalam siklus pulang ini, saya pun yakin nanti akan kembali berulang. Dimana ada anak yang harus pulang ke rumah orang tuanya... namun saat itu saya lah yang menunggu anak - anak saya untuk pulang ke rumah, mengkhawatirkan mereka, mencarinya jika sudah lewat waktu batas pulangnya.
Dan mungkin akan mendengarkan argumen2 yang sama yang dulu saya lontarkan ke orang tua saya ketika saya terlambat pulang ke rumah.

Ah beginilah hidup...
Akan selalu ada pulang dari setiap pergi.
Hingga nanti kita semua akan "pulang" dalam arti universal, pulang kembali kepada-Nya.

Jadi, jika kita semua bisa begitu sibuk untuk mempersiapkan mudik dan pulang... maka seharusnya pula kita pun menjadi lebih sibuk untuk mempersiapkan PULANG ke haribaan-Nya kelak bukan?
Setelah semua pulang yang fana ini akan ada saatnya bagi kita semua untuk pulang yang kekal.

Selamat mudik dan Selamat merayakan hari kemenangan bagi kita semua...

Takoballahu minna wa minkum...

(Jakarta, 14-07-15, 1 hari menjelang mudik)